Ada Apa Dengan Bill Gates Dan WHO di Belakang Covid-19
Penstudi HI tentu familiar dengan penjelasan bahwa aktor (pelaku) dalam hubungan internasional itu terbagi 2: state actor (negara) dan non-state actor (aktor nonnegara) yang meliputi perusahaan, NGO (LSM), organisasi internasional, dan individu.
Nah, Bill Gates ini masuk ke aktor individu. Dia bukan presiden, bukan politisi, tapi pengaruhnya sangat besar di dunia. Gates merupakan donatur terbesar kedua di WHO (donatur terbesar pertama adalah AS, yang ketiga adalah Inggris). Perhatikan bahwa di sini Gates berdiri "sejajar" dengan negara. Menurut para pengkritik Gates, besarnya donasinya di WHO telah membuat prioritas Gates menjadi prioritas WHO. Misalnya, alih-alih fokus memperkuat sistem layanan kesehatan di negara-negara miskin, WHO lebih banyak mengeluarkan sumber daya untuk proyek yang disukai Gates, seperti "pengentasan polio". [1]
Pengentasan polio akan sangat terkait dengan perusahaan produsen vaksin (ada keuntungan bisnis). Reuters (2017) memberitakan bahwa pemerintah India menghentikan sebagian keterlibatan Gates Foundation dalam program imunisasi di negara itu karena dikhawatirkan ‘donatur asing akan memengaruhi kebijakan kesehatan’. Gates Foundation diketahui mendukung GAVI, aliansi vaksin global yang berpartner dengan perusahaan farmasi besar. [2]
Gates bukan dokter, tapi sejak Covid 19 merebak, dia sering dimintai pendapat soal penanganan pandemi ini. Video ini salah satu wawancara yang dilakukannya dengan CBS (2 April 2020). Di video lengkapnya, dia seolah bicara soal AS saja (antara lain, AS harus melakukan lockdown, istilah Gates: "strong isolation measures on a countrywide basis"). [3]
Tetapi, sebagai aktor besar dalam hubungan internasional, perkataan dan pengaruh Gates akan melintasi batas negara (apalagi di wawancara-wawancara lainnya, pernyataan Gates sering juga ditujukan untuk semua negara, bukan cuma AS).
Di cuplikan video dari interview CBS ini ada beberapa pernyataan Gates yang punya pengaruh global.
(1) "sebelum semua orang divaksin, pertemuan publik massal yang opsional akan dihentikan sama sekali".
Apa saja yang termasuk pertemuan publik massal? Di antaranya, haji, umroh, ziarah di makam para Wali (misalnya, tradisi ziarah ke Karbala yang bisa mencapai belasan juta orang), Jumatan, atau Misa Tri Hari Suci di Vatikan, dan perayaan umat agama lainnya. Selain itu, olimpiade, pertandingan sepakbola, pernikahan, pemakaman, perayaan, dan banyak lagi. Sebelum semua orang divaksin, perkumpulan itu tidak boleh dilakukan sama sekali, kata Gates.
(2) "kegiatan ekonomi, kita bisa mengembalikannya, akan tiba waktunya ketika kita punya vaksin dan saat itu kita sepenuhnya kembali normal. Kami berkerja sama erat dengan perusahaan vaksin, merekalah yang bisa mengembalikan situasi kembali normal, mungkin sekitar 18 bulan lagi..."
Jadi, nasib umat manusia, menurut Gates, bergantung pada perusahaan farmasi.
(3) "Kita membutuhkan puluhan milyar dollar untuk mencapai kesiapan ini, kesiapan menghadapi ‘game virus’, seperti permainan perang."
Terus-terang saya miris melihat tawa samar Gates saat mengucapkan kalimat ini. Lalu, puluhan miliar dollar ini, uangnya siapa? Tentu uang negara. Bagaimana dengan negara yang tidak punya uang? IMF dan Bank Dunia sudah menyiapkan dana utang. Dampak utang ke Bank Dunia pernah saya tulis tahun 2009 [4]
(4) “Kesadaran bahwa ini adalah ancaman, mungkin ancaman terbesar, yang membunuh puluhan juta orang, akan terus ada secara permanen.”
Di sini Gates menekankan bahwa korban Covid-19 akan mencapai puluhan juta di seluruh dunia.
**
Minimalnya, ada 3 pertanyaan yang muncul dari fenomena ini.
Pertama, kemana PBB? Nasib umat manusia terlihat rapuh akibat ketidakmampuan PBB dan agensi-nya (seperti WHO) melaksanakan misi "mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional". Banyak agensi PBB yang ternyata didominasi oleh negara-negara kaya (dan individu kaya) sehingga keputusan-keputusannya lebih banyak membawa kepentingan mereka, bukan kepentingan umat manusia. Misalnya, di tengah Covid-19, AS terus memberi sanksi ekonomi yang sangat mematikan kepada negara-negara musuhnya dan PBB tidak berdaya karena AS adalah donatur terbesar PBB.
Kedua, apakah benar, kehidupan kita akan kembali normal bila ada vaksin ajaib sudah ditemukan dan sebelum ada vaksin itu kita harus terus menjalani isolasi (dan kesulitan ekonomi) seperti ini? Dan vaksin itu baru ada 18 bulan lagi?
Sebenarnya, ada sangat banyak narasi pembanding. Tapi suara antimainstream seolah selalu dianggap salah. Mengapa kata-kata kubu dokter/pakar “yang ini” bisa menjadi mainstream, sementara kata-kata kubu dokter/pakar “yang itu” diabaikan?
Misalnya, poin 4 di atas, prediksi Gates bahwa akan ada puluhan juta yang meninggal, telah dibantah oleh Michael Levitt, peraih Nobel kimia tahun 2013. Levitt mengatakan bahwa data yang ada (terkait Covid-19) tidak mendukung skenario mengerikan itu, terutama di daerah di mana langkah-langkah ‘jaga jarak’ dilakukan dengan baik. Memang data belum lengkap, kata Levitt, tapi “penurunan yang konsisten [dari jumlah penderita] menunjukkan ada faktor lain yang berkerja...” [5]
Apa faktor lain itu? Sangat mungkin, doa. Ketika umat manusia sedunia berdoa dan Tuhan mendengarnya, tidak ada yang mustahil.
Ketiga, mengapa individu dibiarkan mendominasi kebijakan WHO? Apa hanya perusahaan raksasa rekanan Gates yang bisa membuat vaksin Covid-19? Apakah negara-negara berkembang tidak punya daya untuk menciptakan obat dan vaksin sendiri? Apa negara-negara berkembang tidak punya daya untuk bangkit menjadi negara mandiri?
Jangan minta jawabannya dari saya. Saya cuma sedang mengajak kita sama-sama berpikir.
_______
[1] https://www.politico.eu/article/bill-gates-who-most-powerful-doctor/
[2] https://www.reuters.com/article/us-india-health -bmgf / india-cut-some-funding-ties-with-gates-foundation-on-imunization-idUSKBN15N13K
[3] https://www.cbsnews.com/news/coronavirus-microsoft-founder-bill-gates-federal-order-social-isolation-combat-pandemic/
[4] https://dinasulaeman.wordpress.com/ 2009/12/30 / peran-bank-dunia-dalam-kemunduran-ekonomi-indonesia /
[5] https://www.latimes.com/science/story/2020-03-22/coronavirus-outbreak-nobel-laureate
Tidak ada komentar untuk "Ada Apa Dengan Bill Gates Dan WHO di Belakang Covid-19"
Posting Komentar